Setitik Cahaya

 “Cahaya bohlam yang temaram memang tampak tidak berguna diantara ribuan cahaya lampu neon, namun setitik cahaya lilin akan mampu menerangi ruangan yang gelap”.

Itulah salah satu filosofi yang dipegang oleh Ustadz Nurkib. Perawakannya sangat sederhana, berkumis, berkulit coklat. Tidak akan terlihat seperti seorang ustadz jika ia melepas pecinya.

Dihari terakhir perjalanan saat liputan untuk program ramadhan, kami melakukan wawancara akhir pada beliau di sebuah bukit. Tumpahlah air matanya, membasahi kulit wajahnya yang setiap hari terpapar sinar matahari. Tak terbendung lagi olehnya setelah beberapa hari kemarin kami mengajak beliau untuk menapak tilas perjuangan dakwahnya dimasa awal kedatangannya ke Banten.

Memorinya kembali datang, sesak dadanya mengingat perjuangan hidupnya menuju pedalaman-pedalaman. Di mulai tahun 1992, Mencoba menyebarkan ilmu Allah dengan keyakinan bahwa janji Allah itu pasti. Mengorbankan segalanya dalam perjuangannya. Beliau pernah hampir di bunuh oleh jawara bayaran, di rumah gubuknya saat istrinya sedang hamil tua. Suatu waktu pula rumahnya pernah akan dibongkar oleh warga sekampung karena fitnah. Makan nasi hanya berlauk daun singkong dan garam agar makan lebih bergairah. Akan tetapi janji Allah pasti.

Masuk ke pedalaman Suku Badui yang masyarakatnya tidak percaya agama. Bisa mengislamkan puluhan, bahkan ratusan orang badui tanpa ajakan atau paksaan melainkan melalui prilaku dan contoh. Masuk ke pedalaman yang masyarakatnya beragama Islam namun hanya sebagai status. Langgar dan surau mereka terbengkalai bak rumah hantu. Berjalan ratusan kilo, naik turun gunung dan bukit karena hatinya gundah melihat tidak ada cahaya agama yang hidup di pedalaman sana. Dia memang bukan ustadz terkenal, layaknya da’i-da’i yang biasa muncul di layar kaca. Namun Allah pasti sangat dekat dengan beliau, bahkan mungkin beliau sangat terkenal di jagat langit.

Matematika Allah itu ajaib, melebihi matematika pasti di dunia ini. Kehidupan beliau kini lebih baik, lebih bahagia. Di titipkan karunia 3 anak yang berpendidikan, dan istri yang sholehah. Kini dia menjadi PNS sebagai kepala KUA, yang sama sekali tidak pernah disangkanya.

Ustadz Nurkib adalah  setitik cahaya lilin di dalam ruangan yang gelap. Mencoba menghidupkan agama Allah, dan pasti Allah akan menjaganya. Harapan beliau saat wawancara, dia tidak akan berhenti berjuang sampai akhir hayatnya, dan dia berharap akan muncul generasi-generasi yang mau berjuang ke pedalaman untuk menghidupkan agama Allah.

Leave a comment