Petualangan Air # Markas 2

Asbes teras posyandu di atas kami tidak tertutup. Bat mulai manjat duluan melalui tiang balok teras penyangga. Naik dan masuk ke lubang asbes yang Bat bilang adalah pintu masuk ke markas. Aku menyusul dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Jaraknya hanya dua meter lebih, tapi memanjatnya membuatku kesusahan. Tak seperti pohon kersen yang mempunyai dahan yang banyak sebagai tumpuan. Ini lain, aku harus mencari tumpuan seadanya. Mirip orang yang panjat tebing.

Ketika aku sampai di bibir pintu markas, aku melihat kemegahan tempat ini. luasnya minta ampun. Di tiang-tiang kecil atap sudah banyak terpasang poster Satria Baja Hitam. Gantungan plastik yang penuh dengan buah kersen.

“Wow…sejak kapan kau menemukan tempat ini bat?”

“Belum lama Air..pas kita liburan kenaikan kelas kemarin”

“Wah…kenapa kau nggak ngajak-ngajak aku sih?”.

“Hehehe..santai Air, aku sengaja ingin membuat kejutan buat kau ces. lihat, markas ini sudah ku tempeli poster-poster pahlawan idola kita. Dan sudah ku siapkan juga jamuan sekantong buah kersen yang ranum”.

Aku terpesona bahagia dengan kejutan dari kawanku itu. Aku langkahkan kakiku memasuki ruangan istimewa. Ruangan para petualang kecil, ruangan persembunyian super hero. Ruangan yang….

“GDUBBRAAKKKK….!”

Sesaat kemudian pandanganku panik berkunang-kunang. Penglihatanku berubah. Semula yang aku lihat adalah poster pahlawan idolaku, tapi sekarang yang aku lihat adalah poster ibu-ibu memakai sanggul dan kebaya sedang menyusui bayinya.

Aku terjatuh, terjatuh dari markas

di atas. jatuh masuk ke ruangan posyandu. Bat panik melihatku dari atas. Bat lupa memberitahuku agar berjalan di balok-balok kecil pembatas asbes. Tapi aku malah berjalan di asbes yang tebalnya tak sampai satu centi.

AIR…APA KAU BAIK-BAIK SAJA CES??”

Aku hanya terduduk tak berdaya. Tak fokus pada pertanyaan dan teriakan Bat. Aku meringkih kesakitan. Aku tak tau apakah kakiku patah atau tidak. Yang aku tau adalah kakiku robek terkena pecahan asbes. Kulit tulang kering sudah tidak ditempatnya lagi. Darah mengucur deras. Sakitnya bukan main. Bat langsung turun ke teras posyandu. Dia tidak bisa mencapaiku karena kami terpisah oleh dinding. Aku di dalam dan dia di luar. Dia melihatku panik dari ruas-ruas jendela kaca.

“AIR..AIR..JAWAB AKU CES!!!”

Aku hanya menjawab dengan suara ringkihan kesakitan. Aku sudah hampir menangis.

“Air..dengar aku ces, aku di sini. Kau jangan nangis, Satria Baja Hitam harus kuat ces!!”

Bat mencoba menenangkanku agar aku tidak menangis. Aku coba membawa pikiranku ke imajinasi superheroku tapi tidak bisa. Luka dan darah menolak imajinasiku. Perih tak terkira. Sambil menahan sakit dan mencoba tidak menangis, tapi air mataku tidak bisa terbendung. Mengalir sekehendaknya. Aku menangis dalam diam. Coba kau bayangkan ces!

Bat mencoba melepas ruas-ruas kaca jendela tapi tak berhasil sama sekali tapi dia tidak menyerah. Darah terus saja mengalir dari lukaku. Menurutku jalan satu-satunya adalah memanggil bantuan. Aku liat Bat terus berusaha melepas kaca jendela. Aku liat matanya juga sudah basah dengan air mata. Tiba-tiba dia juga melihatku. Seperti tak tahan melihatku kesakitan. Tiba-tiba tanpa berkata-kata, dia berlari dan memanjat pagar posyandu. Aku pun tidak bertanya, karena aku tau dia mau memanggil ayahnya. Aku sudah sangat mengenalnya.

Tak berapa lama kemudian, ayah Bat dan ayahku datang bersama pemegang kunci Posyandu yang juga sebagai kepala posyandu, Ibu Bowo namanya. Setelah pintu di buka, ayah dengan sigap memeriksa kakiku. Kakiku terkilir, Dua-duanya di pergelangan kaki. Tapi cukup parah karena aku gunakan saat mendarat jatuh tadi.

Ibu bowo membuka box P3K yang ada di posyandu dan memberikannya ke ayah. Kain kasa, perban, alkohol pembersih dan betadin. Aku menangis sejadi-jadinya saat ayah membersihkan lukaku dan membalutnya dengan perban. Ayah melihatku dan memberi tanda bahwa aku harus menghadapi apa yang sudah aku mulai. Aku paham itu dari matanya.

Ayah mengangkatku dengan hati-hati. Setelah mengucapkan terimakasih dan maaf pada Ibu Bowo ayah membawaku pulang. Ayah juga mengatakan pada ibu Bowo kalau dia akan mengganti asbes yang rusak.

Jarak posyandu ke rumahku sebenarnya dekat sekali. Bat melihatku dengan rasa bersalah, akupun melihat Bat dengan rasa bersalah karena telah menghancurkan markas baru yang sudah ia siapkan jauh hari. Tapi setelah itu kami tersenyum kecil yang mengisyaratkan kalau petualangan kami akan berlanjut setelah aku sembuh nanti.

Nb: Ntah bagaimana nasib poster Satria Baja Hitam di posyandu itu.

Posted from WordPress for Android

6 thoughts on “Petualangan Air # Markas 2”

Leave a reply to ivanbatara Cancel reply