Tak terasa masa terus berjalan. Nano laju menjadi detik, detikpun laju berubah menit, menit laju pula menjelma jam. Itulah waktu. Dan atas waktu dan semua yang terus berjalan di atasnya, tak akan pernah bisa dihentikan dan ditunda. Dan inilah aku sekarang, akan menceritakan kisah pahatan-pahatan indah kita berdua hai sahabat lamaku.
Teringat masa itu bersama denganmu sahabat lamaku!, ketika pertama kali kita bertemu. Aku tak tahu perawakan mimik yang kau tunjukkan, apakah kau malu-malu ataukah gengsi karena prestise besarmu di kampung itu, tapi aku tau.. kau sebenarnya terbuka pada semua orang, namun tak semua orang pula bisa menjadi sahabatmu. Namun waktu jualah yang meyakinkanku. Kau mau menerima aku sebagai kawan baikmu. Aku tau, pertemuan antara kita berdua adalah takdir yang akan melahirkan persahabatan indah dari Tuhan semesta alam yang kemudian menghadirkan banyak makna dan hikmah dalam hidupku.
Teringat masa itu, seperti baru kemarin saja, karena masih begitu jelas akan ingatan dirimu. Ketika pertama kali aku datang menemuimu, telah banyak orang-orang mengerumunimu karena kau memang amat terkenal di kampung itu. Ditengah hiruk pikuk manusia, sepertinya kau fokus pada satu sosok yang membuat diriku dan dirimu berdesir. Ya aku tau, kau menatap ramah pada diriku. Pesonamu memang begitu indah, tapi aku masih amat takut mengulurkan tanganku untuk berjabat denganmu.
Saat itu aku datang bersama kedua orang tuaku juga abangku. Ayahku siap mengenalkanku padamu, umurku saat itu kira-kira 5 atau 6 tahun. Ibu tersenyum indah padaku, dari senyumnya itu tersirat seperti mengatakan
“Tak usah takut nak, semua akan baik-baik saja, karena kalian akan menjadi sahabat baik”.
Dan abangku dengan tubuh besar gagahnya seperti berkata
“Jangan kau takut dik, abang akan menjagamu jika terjadi sesuatu”.
Lalu sambil memegang kedua tanganku, terdengar ayahku berkata
“kau siap nak??”.
Belum sempat aku menjawab dan bertanya kepada ayah atas perkataannya tapi tiba-tiba saja aku sudah masuk dalam dekapanmu, kosong akan panik, sekuat tenaga berusaha lepas darimu, berteriak sekeras-kerasnya, nafasku tak teratur karena pelukanmu yang begitu erat, sampai akhirnya aku menangis tersedu-sedu ketika abangku manarik dan melepaskanku darimu. Tangisan seorang bocah tanpa peduli tawa orang yang ada disekitar, ibuku kemudian menenangkanku dalam pelukan hangatnya. Sambil terisak aku melihat dirimu akan rasa penasaranku yang bercampur takut. Namun kau tersenyum melihatku sambil mengulurkan tangan sebagai tanda persahabatan untuk berjabat. Kemudian kau berkata memperkenalkan dirimu
“Hai…. Namaku Danau Matano”
Itulah perkenalan awal kita sahabat, sejak saat ayahku melemparkan aku ke dalammu. Mulai hari itu dan hari-hari selanjutnya, kita sering bermain berdua … sampai akhirnya aku bisa mengenalmu dengan baik, aku tak lagi takut saat masuk dalam dekapmu karena kau sudah mengajarkan caranya agar aku bisa. Banyak waktu yang kita lewati berdua. Apakah kau masih ingat ketika aku menemukan cincin emas di dasarmu? Kemudian aku menjualnya dengan harga ratusan ribu. Seperti menemukan harta karun saja. Dan hari-hari berikutnya aku mencari lagi dengan bersemangat sampai kedua kaki dan tanganku pucat memutih dan mengkeriput karena dinginmu.
(*) Sampai saat ini aku masih selalu rindu padamu. Kita jarang lagi bertemu, mungkin hanya setahun sekali, jika kita bertemu betapa asyik menghabiskan waktu duduk di ujung dermagamu mencelupkan kaki menikmati pagi dengan sinaran mentari, dan bias pantulan cahaya di riak wajahmu, juga hamparan pegunungan membentang dan membatasi. Kau harus tau sahabatku, kau memberiku banyak inspirasi, saat bersamamu aku bisa merasakan ketenangan, kesejukan, aku bisa menulis mengalirkan ide-ide atas inspirasi yang muncul. Maha besar Allah yang telah menciptakanmu dan syukurku atas karuniaNya yang memberiku inspirasi saat memandangmu. Dan satu lagi mungkin yang baru akan kau tau. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya? Ini antara kita saja. Sini ku bisikkan
“Karena aku terdidik lama bersamamu, aku pernah diuntungkan memenangkan suatu kompetisi besar ,namun semua tak lepas dari izinNya”.
Mungkin aku belum mengenal keseluruhan akan dirimu, tapi bagiku sudah lebih dari cukup atas persahabatan kita selama ini. Dan persahabatan ini tak akan pernah lekang karena masa, karena aku akan selalu merindukanmu, dan jika Allah mengizinkan aku akan menemuimu kembali. O iya, ada satu hal lagi yang ingin ku sampaikan padamu, suatu saat akan ku ajak pendamping hidupku untuk bertemu denganmu dan duduk berdua di ujung dermagamu menikmati hangatnya pagi.
“Boleh kan kawan?”
Aku akan menceritakan padanya tentang hidupku dan tentunya cerita persahabatan kita.
O iya, sudahkah selama ini aku menyebutkan namaku sejak awal dulu kita berkenalan
“Hai juga Danau Matano, namaku Ivan Batara”
(*) Gambar foto Danau Matano di ambil dari foto karya Agus Superiadi ‘Langit Retak’
Alhamdulillah
Ps : Tulisan ini ku dedikasikan pada orang-orang yang mempunyai kenangan bersama Danau Matano Sorowako ^^
hhfff… indahnya tata kaliamat…..
hai matano!… how could you! (loh? 😀
ckckckc…orang berbakat di bidang ini, liat daun jatoh bisa jadi untaian kata indah…
btw, besok kita nyelam lagi yuk
sapa tau dapet berlian hehe…
tau gak beberapsa saat lalu bule nemu buaya di lap tenes Salonsa
loh Van, diperkirakan itu berasal dari danau…
Hai Matano, aku jga mau jadi pemenang, kasitaw dwong gimana caranya 😀 (maw menang apa dulu nih hehe )
dibuang ke tengah??… ada juga berakhir
ditengah sekalian hihihhh sereemmm!!!…
Buayanya mayan gede sih satu lengan lewat deh ketenggoro’annya.
kirain aq sahabatmu mas…eh bukan ya..?
Missing that place..wonderful lake 😀
baguuus… i love this one!
Subhanallah.. indahnya kata2 n danauny. 😀 dah nerbitin buku blom,Ivan?
Cobami bikin puisi danau matano, iseng-iseng kirimkan ke Kompas. Kalau dimuat tentunya Danau Matano lebih terkenal lagi 🙂
hmmm, bener2 seorang penulis ya?? aku aja ampe butek ide nya dikepala, tp tak bisa dituangkan lewat tulisan. 🙂 . msh perlu ekstra keras. 😀
Hmmm..
Matano Lake is waiting 4u..
4 bringing ur soulmate there..
Smoga ide2 cemerlangmu tertuang dlm tulisan dan bs segera dipublikasix.. Amien ^^
Danau Matano sangat berharga buat saya fren …
karena Matano lah saya bisa berenang…coba Tuhan berkehendak saya SMU di Tana Toraja pasti saya tidak bisa berenang…tapi karena SMU YPS saya bisa berenang itupun di ajar sama Si Jelo alias Jelly Tanggulungan dan Si Muleng alias Samuel Salle…